TOILET
TRINING
a. Pengertian
Toilet training adalah usaha orang tua untuk mulai mengenalkan dan melatih
anak untuk bisa buang air, baik buang air besar (BAB) ataupun buang air kecil
(BAK), secara mandiri.
b. Tanda anak
sudah siap untuk toilet training yang diperkenalkan oleh Dr T Berry Brazelton
tahun 1962 :
☺
Anak anda sudah lebih terkontrol
jadwal buang airnya, misalnya BAB setiap pagi hari.
☺
Anak sudah bisa duduk secara mantap.
☺
Anak sudah bisa tidak mengompol
untuk beberapa jam dalam sehari.
☺
Anak sudah dapat berjalan dari dan
ke WC serta dapat membuka pakaian sendiri.
☺
Anak sudah bisa memahami instruksi
atau perintah yang sederhana dari orang tuanya.
☺
Anak terlihat memiliki keinginan
untuk bisa secara mandiri mengontrol kegiatan BAB dan BAK-nya.
☺
Setelah tidur siang atau minimal 2
jam dalam sehari, anak dalam keadaan kering (tidak mengompol)
☺
Anak memberikan tanda-tanda atau
kata-kata (keinginan) untuk membuang hajat.
☺
Anak merasa tidak nyaman dengan
diapers yang kotor dan ingin diganti
☺
Anak tertarik dengan sendirinya
menggunakan toilet atau pispotnya.
c. Metode
pendekatan anak yang dikembangkan oleh Dr T Berry Brazelton, langkah-langkah
yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
☺
Pilihlah kata-kata yang sesuai untuk
berbicara dengan anak anda, terutama untuk kata seperti kotoran dan air seni.
☺
Belilah pispot duduk untuk
anak-anak. Tempatkan pispot tersebut di tempat yang disenangi anak seperti
misalnya di kamar bermainnya. Jangan lupa untuk membiarkan anak melihat
bagaimana anda menggunakan toilet agar ia bisa meniru. Coba minta anak untuk
duduk di pispot beberapa saat setiap kali anak selesai makan.
☺
Berikan anak dukungan dan minta ia
memberitahu kepada anda kapan ia merasa ingin BAB atau BAK. Berikan pujian
setiap kali anak telah sukses melakukan toilet training.
☺
Jangan mengharapkan hasil yang
kilat, semua butuh waktu. Jangan pernah memarahi anak apabila belum berhasil.
☺
Setelah beberapa kali berhasil
melakukan, cobalah untuk mengganti popoknya dengan menggunakan celana dalam
yang terbuat dari katun. Buat momen ini spesial agar anak merasa sudah besar
dan merasa bangga.
d. Trik Toilet Training
☺
siap. Umumnya balita bisa diajak toilet training setelah
otot-ototnya mulai dapat mengontrol kandung kemih pada usia di atas 18 bulan.
juga ditandai dengan kesiapan emosi, fisik dan psikologis di usia sekitar 2-3
tahun.
☺
Biasakan
kegiatan kamar mandi. Mulai kenalkan dan biasakan ia
pipis dan buang air besar (BAB) di pispot atau potty chair. Biarkan ia
memilih agar ia suka menggunakannya. Perlihatkan ketika Anda membuang dan mem-flush
kotorannya dari popok di kloset. Ajak ia ketika Anda menggunakan toilet supaya
ia makin paham perlunya toilet.
☺
Atur
jadwal. Mengatur asupan cairan dan makanan
ke tubuh balita diperlukan untuk mengatur interval ke kamar mandi. Amati
jadwal siklus pipis dan buang air besarnya, misalnya ia biasa pup sekitar jam 9
pagi dan pipis 1 jam sekali. Siklus pipis dan bab ini memudahkan Anda
mengajaknya menyalurkan dorongan BAK dan BAB di tempat dan waktu yang tepat.
☺
Konsisten. Pastikan pula pengasuh anak mampu secara konsisten
melaksanakan pelatihan yang Anda terapkan sehingga tidak terjadi kebingungan.
Beri informasi lengkap dan detil mengenai kebiasaan dan jadwal pipis balita.
Konsisten membimbing balita akan
membuatkan cepat paham dan makin trampil memakai toilet.
☺
Pakai cara
seru. Lambungkan kreativitas Anda untuk
mengajak balita melakukan toilet
training agar lebih seru. Anda dapat memasang obat khusus yang tidak berbahaya
untuk membuat air di kloset menjadi biru, memasang papan target untuk balita menempel stiker tanda berhasil
memakai pispot/toilet dengan benar. Atau menempatkan boneka favorit sebagai
teman ketika pipis atau pup, dan cara lainnya. Agar ia gembira dan selalu
bersemangat melakukan toilet training.
☺
Beri
pujian. Jadikan hal toilet training sesuatu
yang penting dan terbaik dalam hidupnya. Jika anak melakukan dengan baik
berikan pujian, tapi jika terjadi kesalahan, beri penjelasan jika itu tidak
benar dan jangan pernah menghukumnya.
e. Saat
mengenalkan anak toilet training, yang penting diingat orang tua adalah :
☺
Umur anak antara usia 18 bulan dan 3
tahun, sebelum mereka cukup dewasa untuk pergi sendiri ke toilet.
☺
Perlu diingat bahwa toilet training
adalah pengetahuan baru untuk anak Anda.
☺
Pujilah setiap keberhasilan kecil
dan tetap tenang jika terjadi kecelakaan.
f. 5 Kesalahan Orangtua Saat Melatih Anak Toilet
Training
☺
Terlalu
Dini
Sebaiknya jangan mengajari si kecil
melakukan toilet training jika memang dia belum siap. Kalau anak diajari
terlalu dini, kemungkinan proses belajar itu akan selesai lebih lama. Seperti
sudah dijelaskan di atas, tidak ada yang tahu di usia berapa tepatnya anak
mulai diajari BAB dan BAK di toilet, semuanya tergantung dari perkembangan
anak. Namun sebagian besar balita memiliki kemampuan untuk mempelajari hal
tersebut di usia 18 dan 24 bulan. Ada juga beberapa balita yang belum siap
sampai usianya tiga atau empat tahun. Jadi sebenarnya orangtualah yang tahu
kapan waktu paling tepat mengajari anak toilet training dengan mengamati
perkembangan fisik, kognitif dan perilakunya.
Ketika proses belajar toilet training
ini sudah dimulai biasanya butuh waktu tiga bulan atau lebih lama. Oleh karena
itu Anda harus banyak bersabar dan tetap mendukung anak melaluinya. Kalau
ternyata proses belajar ini tidak sukses setelah beberapa minggu dijalankan,
bisa jadi anak memang belum siap. Tunggu beberapa minggu dan coba lagi dari
awal.
☺ Memulai di Waktu yang Salah
Bukan ide yang baik jika Anda mulai
mengajari anak untuk toilet training ketika ternyata dia akan memiliki adik
dalam waktu dekat. Waktu lainnya yang tidak tepat misalnya ketika anak berganti
pengasuh atau masa-masa peralihan lain dalam hidupnya
Yang Anda harus selalu ingat, balita
sangat perlu rutinitas agar dia bisa memahami apa yang sedang diajarkan
padanya. Sehingga perubahan apapun yang tidak sejalan dengan kesehariannya atau
rutinitasnya itu bisa jadi kemunduran untuknya. Jadi sebaiknya tunggu hingga
situasi memungkinkan, misalnya ketika si bungsu sudah lahir atau baby sitter
baru sudah datang, baru mulai mengajarinya toilet training.
☺ Membuatnya Menjadi Beban
Ketika anak sudah menunjukkan
ketertarikannya untuk buang air kecil atau besar di kamar mandi, itu tentu
sangat baik. Namun sebaiknya Anda jangan terlalu mendorong atau menekannya
untuk terus melakukan langkah tersebut. Hindari juga memaksa anak untuk belajar
dengan cepat. Kalau anak tertekan, dia bisa jadi sulit BAB atau mengalami
masalah lainnya.
Berikan anak waktu dan biarkan dia
menjalani proses belajar tersebut sesuai kemampuannya. Anak akan belajar
setahap demi setahap, misalnya awalnya dia sudah mau menunjukkan ekspresi
berbeda ketika ingin BAB atau BAK, tahap berikutnya, anak mengungkapkan
keinginannya, tahap lanjutan si kecil mengajak Anda ke kamar mandi, dan
seterusnya.
☺ Mengikuti Aturan Orang Lain
Melatih anak untuk BAB atau BAK di
toilet butuh kesabaran dan waktu. Setiap minggunya juga bisa semakin sulit
apalagi jika Anda mendengarkan omongan orang lain seperti ibu Anda, mertua,
atau orang lain yang lebih senior dan merasa lebih tahu. Ketika mereka
menasihati Anda agar mempercepat proses belajar toilet training atau
memberitahukan agar anak segera diajari BAB atau BAK di kamar mandi, sebaiknya
jangan terpengaruh. Seperti sudah dikatakan sebelumnya, jika ternyata anak
belum siap, proses toilet training ini malah bisa berlangsung lebih lama.
☺ Menghukum Anak
Menghukum atau marah pada anak ketika
dia tidak benar-benar mau toilet training justru tak akan menyelesaikan masalah
dan bisa membuatnya belajar. Pahamilah kalau penolakan anak ini wajar dan jika
Anda memberi hukuman hanya akan membuatnya semakin malas belajar BAB atau BAK
di toilet. Anak malah akan takut jika dia berbuat kesalahan itu akan membuat
Anda marah. Berikan respon dengan bijak dan tenang ketika anak misalnya lupa ke
kamar mandi untuk BAK
g. Tahapan
Toilet Training :
☺
Biasakan anak ke WC dan lakukan
secara rutin.
☺
Latih anak untuk duduk di toilet
☺
Jelaskan kegunaan dari toilet
☺
Berikan motivasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar