A.
MENSTRUASI
1. Pengertian
Menstruasi
adalah perdarahan dari uterus karena perubahan hormonal yang teratur atau
berdaur teratur, kira-kira empat minggu sekali (kamus istilah kebidanan, hal
116) .
Dapat diketahui dari proses peluruhan darah, akibat
dari peluruhan hormone tersebut terdapat gejala-gejala yang mengakibatkan
beberapa gangguan yang dikeluhkan oleh beberapa wanita khususnya para remaja
yang masih baru mengalami geajala tersebut, disinilah kita bahas beberapa
gangguan mentrusai tersebut serta cara menanganinya.
2. Gangguan psikologis pada masa menstruasi :
a. Kompleks kastrasi
Kompleks kastrasi atau trauma genitalia yaitu reaksi
psikis tertentu pada saat haid pertama. Dalam psikoanalisa, trauma genitalia
adalah shock emosional (Dr. Helena Deutsch).
Pada beberapa peristiwa kompleks kastrasi ini muncul
gambaran-gambaran fantasi yang aneh-aneh yang dibarengi kecemasan dan ketakutan
yang tidak riil disertai perasaan bersalah dan berdosa yang semuanya berkaitan
dengan masalah perdarahan pada kelamin dan proses haidnya. Menstruasi itu juga
dianggap sebagai kotoran dan hal-hal yang haram dan dipautkan dengan dosa dan
hal-hal yang menjijikkan.
b. Teori cloaca
Teori “cloaca”
adalah teori yang beranggapan bahwa saluran buang atau membuang kotoran merupakan
tempat bermuaranya saluran kencing dan usus, yang menyatakan segala sesuatu
yang keluar dari rongga tubuh itu adalah kotor, najis, menjijikkan, dan merupakan
tanda noda dan tidak suci.
Atas dasar pandangan yang keliru ini kemudian timbul rasa
malu, rasa diri tidak bersih dan tidak suci, merasa diri kotor bernoda dan
diliputi emosi-emosi negatif lainnya. Dari perasaan negatif tersebut mungkin
akan timbul pula perasaan sangat lemah karena merasa kehilangan banyak darah
dan merasa sakit-sakitan sehingga tidak berani keluar rumah. Untuk selanjutnya
saat menstruasi tersebut senantiasa dipakai sebagai alasan agar ia dibebaskan
dari tugas-tugas tertentu atau dipakai untuk menghindari kewajiban-kewajiban
tertentu.
c. Phobia
Phobia adalah ketakutan yang tidak
beralasan atau tidak riil, fobia digambarkan dengan kecemasan
atau ketakutan terhadap menstruasi secara terus menerus serta berlebihan yang tidak
segera diatasi. Gejala
ini merupakan sifat kemunculan yang mengarah ke tingkah laku patologis. Phobia pertama kali digunakan sebagai
istilah kedokteran Celcus, seorang bangsa Romawi pencipta ensiklopedi
d.
Hypochondria
Hypochondria adalah rasa batin/hati yang sangat
tertekan dan kemurungan yang bersifat patologis, kadang-kadang dibarengi dengan
ketakutan-ketakutan yang tidak beralasan terhadap kesehatannya dan diikuti
fantasi-fantasi sakit mengenai kegagalan diri.
e.
Paranoid
Paranoid adalah reaksi-reaksi kegilaan,
bayangan-bayangan dan pikiran-pikiran kegilaan dan yang bukan-bukan.
f.
Psychogene amenorrhea
Psychogene amenorrhe adalah tertundanya atau terhentinya
haid yang bersifat patologis karena gangguan psikis.
Jika anak gadis pada haid pertamanya terjadi penolakan, maka
kejadian ini bisa mengakibatkan proses pengereman fungsional dan pengereman
tadi berubah jadi retensi pada menstruasi (keberhentian haid). Hal ini
diakibatkan oleh reaksi dari kejutan atau reaksi shock yang dialami oleh gadis
remaja ketika mengalami perdarahan atau menstruasi yang pertama. Tapi pada usia
yang lebih tua penolakan tersebut bisa menimbulkan penyakit psychogene amenorrhe. Biasanya penyakit ini hanya dapat
diobati dengan terapi psikis.
3. Gangguan-gangguan
psikologi lain pada saat menstruasi yaitu :
a.
Merasa
keterbatasan aktivitas
Contohnya : tidak dapat melaksanakan
ibadah, aktivitas olahraga, kerja menjadi terganggu konsentrasi, dll
b.
Mudah
tersinggung atau mudah marah.
Perasaan ini timbul dikarenakan akibat dari
perubahan cara kerja hormon-hormon serata karena pengaruh rasa nyeri yang
timbul pada saat menstruasi.
c.
Perubahan
pola makan
Pola makan cenderung meningkat terutama
pada makan yang manis.
d.
Merasa
gelisah dan gangguan tidur.
Pada saat menstruasi seorang wanita akan
mengalami gangguan atau masalah susah tidur atau insomnia.
4. Cara
Mengatasi Gangguan Psikologi Menstruasi
Sebagai seorang bidan, tugas utama dalam masalah
gangguan menstruasi adalah menjadi konselor yang baik.
a. Memberi
penjelasan kepada klien, bahwa proses menstruasi merupakan suatu proses
fisiologi atau normal yang pasti akan terjadi dan akan dialami oleh setiap
wanita yang subur.
b. Memberi
informasi-informasi positif yang berguna mengenai menstruasi agar tidak terjadi
kesalah pahaman terhadap proses menstruasi tersebut.
c. Memberikan
saran untuk mengurangi ketegangan dan rasa nyeri proses menstruasi berlangsung,
seperti istirahat yang cukup, perbanyak minum air putih dan melakukan kompres
air hangat pada bagian perut.
d. Memberikan
support mental atau dukungan pada klien, agar lebih percaya diri dan tidak
merasa takut dalam menghadapi masa menstruasi.
B. PERKAWINAN
1.
Pengertian
Perkawinan
adalah suatu penyatuan jiwa dan raga dua manusia berlawanan jenis dalam suatu
ikatan yang suci dan mulia di bawah lindungan hukum dan Tuhan Yang Maha Esa.
Perkawinan
adalah suatu perkawinan sepasang mempelai yang dipertemukan secara formal di hadapan
penghulu/kepala agama, para sksi dan sejumlah hadirin yang disahkan secara
resmi sebagai suami isteri dengan upacara ritual-ritual tertentu. Dimana bentuk
proklamasi laki-laki dan wanita bersifat dwi tunggal yakni saling memiliki satu
sama lain.
2.
Gangguan psikologis pada masa
perkawinan dilihat dari
jenis perkawinan:
a.
Perkawinan periodik (term marriage)
Term marriage
atau perkawinan periodik adalah sebuah bentuk perkawinan dengan merencanakan
suatu kontrak tahap pertama selama 3-5 tahun sedang tahap kedua ditempuh dalam
jangka 10 tahun,
perpanjangan dari kontrak ini bisa dilakukan untuk mencapai tahap ketiga yang
memberikan hak pada kedua pasangan untuk saling memiliki secara permanen,
memberikan hak kepada partner.
Perkawinan term marriage pertama
kali dipopulerkan di Eropa dan Amerika Serikat kira-kira sejak setengah abad
yang lalu
Ide tersebut melandaskan
argumentasinya pada pertimbangan berikut, yaitu jangan hendaknya dua orang yang
akan saling melibatkan diri dalam satu relasi yang sangat intim dan kompleks
dalam bentuk ikatan perkawinan tidak
mencobanya terlebih dahulu selama satu periode selama beberapa bulan
atau beberapa tahun.
b.
Perkawinan persekutuan (companionate marriage)
Companionate marriage adalah perkawinan yang dilakukan
dengan tidak menganjurkan adanya anak dalam sebuah hubungan tersebut dengan
cara melakukan keluarga berencana (KB) untuk pengendalian kelahiran atas dasar
persetuan bersama.
c.
Poligami/poliandri (perkawinan
beristri/bersuami banyak)
Poligami merupakan
praktik pernikahan kepada lebih dari satu suami atau istri (sesuai dengan jenis
kelamin orang bersangkutan).
Dampak psikologis:
perasaan inferior istri dan menyalahkan diri karena merasa tindakan suaminya
berpoligami adalah akibat dari ketidakmampuan dirinya memenuhi kebutuhan
biologis suaminya.
Pola ini dipopulerkan kembali sejak perang dunia I dan II.
Pola ini dianjurkan karena mengingat banyaknya perawan-perawan tua dan
janda-janda muda yang diakibatkan oleh kedua peperangan tersebut.
d.
Perkawinan eugenis (perkawinan untuk memperbaiki/memuliakan ras)
Perkawinan eugenis
adalah perkawinan yang dilakukan untuk memperbaiki keturunan untuk memperbaiki atau memuliakan ras.
Sejarah perkawinan ini terjadi pada saat perang dunia II
berkecamuk, Hittler mengkomandokan sebagian pasukannya untuk menjarah dan
menculik banyak gadis-gadis cantik dari berbagai negeri bahkan dari negara lain
yang diduduki Jerman untuk di”ternakkan” dari kamp-kamp khusus. Dengan
kekerasan mereka digauli laki-laki Jerman pilihan dengan tujuan suatu periode
wanita-wanita tadi melahirkan suatu generasi muda yang unggul (berdarah Aria
murni), baik cantik maupun inteligen yang tinggi. Tapi pola ini sangat dikecam
oleh seluruh peradaban manusia di dunia.
3.
Peran
Bidan dalam Pengelolaan Gangguan Psiklogis Perkawinan
Upaya
yang dilakukan bidan dalam mengupayakan penyelasaian konflik perkawinan yang
terjadi yaitu:
a. Bidan
sebagai penyuluh dan pemberi motivasi. Jika ada masalah sekecil apapun yang
terjadi dalam rumah tangga harus dikomunikasikan antara pasangan sehingga tidak
terjadi kesalah pahaman yang mengganggu keutuhan rumah tangga.
b. Mempersiapkan
kedua belah pihak untuk menjadi orangtua dengan memberikan kasih sayang
keperawatan dan pendidikan yang terbaik.
c. Jika
sebelum menikah belum di imunisasi TT, sebaiknya segera imunisasi TT agar
anaknya nanti tidak terkena penyakit tetanus.
d. Sebaiknya
pasangan yang sudah mempunyai satu anak, sebaiknya melakukan KB untuk mengatur
jarak kelahiran.
e. Tetap
memberikan pelayanan tanpa pandang status dari perkawinannya apabila klien di
wilayahnya tersebut diberi motivasi UU Perkawinan belum bisa menerima
f. Bertindak
sebagai konselor yang baik yaitu : Menciptakan hubungan baik, Memberi
kesempatan klien untuk melakukan ventilasi, yaitu membuka, perasaannya secara
leluasa dihadapan pasangannya, Memberi dorongan dan penerimaan terhadap klien, Melakukan
diagnosis/penemuan masalah, Membantu klien mencari kemungkinan alternatif
menentukan tindakan
4.
Cara
mengatasi gangguan psikologi perkawinan
a.
Konseling
Mengatasi Kesulitan/Gangguan yaitu:
1) Menghadapi
kenyataan
2) Suami
istri perlu menghadapi kenyataan hidup dari semua yang terungkap dan
tersingkap.
3) Penyesuian
timbal balik, Perlu usaha terus menerus dengan saling memperhatikan, saling
mengungkapkan cinta dengan tulus, menunjukkan pengertian, penghargaan dan
saling memberi dukungan serta semangat
4) Latar
belakang suasana yang baik, Untuk menciptakan suasana yang baik,
dilatarbelakangi oleh pikiran-pikiran, perbuatan dan tindakan yang penuh kasih
sayang.
5) Komunikasi
yang baik, Dengan membina dan memelihara komunikasi di dalam keluarga dan
dengan masyarakat di luar keluarga.
Menurut Latipun (2001) konseling
perkawinan dapat digunakan sebagai suatu pendekatan pemecahan masalah.
b.
Tujuan
Konseling Perkawinan
Konseling perkawinan dilaksanakan tidak
bermaksud untuk mempertahankan suatu keluarga.Konselor berpandangan bahwa
dirinya tidak memiliki hak untuk memutuskan cerai atau tidak sebagai solusi
terhadap masalah yang dihadapi pasangan.Konseling perkawinan dimaksudkakan
membantu klien untuk mengaktualkan diri yang menjadi perhatian pribadi.
c.
Tipe
Konseling Perkawinan
1) Concurent
marital counseling, Konseling dilakukan
secara terpisah, metode ini digunakan bila salah seorang partner memiliki
masalah psikis tertentu untuk dipecahkan tersendiri selain juga mengatasi
masalah yang berhubungan dengan pasangannya.
2) Collaborative
marital counseling Setiap partner secara
individual menjumpai konselor yang berbeda
3) Conjoint
marital conseling, Suami isteri datang
bersama-sama ke seorang atau beberapa orang konselor.
4) Couples
group counseling, Beberapa pasangan
secara bersama-sama datang ke seseorang atau beberapa konselor.
C.
KEHAMILAN
1.
Gangguan psiklogis pada masa
kehamilan ditinjau dari
faktor penyabab:
a.
Kemandulan
Penyebab kemandulan :
1) faktor-faktor organik/fisiologi yang
menjadi sebab utama termasuk dalamnya yaitu ketidakmampuan suami atau istri
untuk memproduksi sperma dan ovum dengan baik
2) ketidakseimbangan jiwa dan
kecemasan/ketakutan yang berlebihan (emotional
stress) dapat pula menurunkan derajat kesuburan wanita atau suaminya.
3) Abnormalitas psikogenis sewaktu
bersenggama, jadi terganggu aktivitas seksual, misal : ketakutan atau kecemasan
dan perasaan berdosa atau bersalah.
Faktor penyebab gangguan psikologis yang dapat menyababkan
kemandulan :
1) Ketakutan-ketakutan yang tidak
disadari (dibawah alam sadar)
2) Ketakutan yang bersifat inflantile
(kekanak-kanakan)
3) Ketakutan tersebut tidak hanya
berkaitan dengan fungsi reproduksi saja, akan tetapi berhubungan dengan segala
aspek kegiatan seksual.
4) Ketakutan oleh fantasi-fantasi
kehamilan, antara lain berupa gejala muntah dan perut menjadi kembung
5) Ketakutan pada menstruasi hingga
merasakan gejala nyeri dan sakit waktu mendapatkan menstruasi
b.
Hamil di luar nikah
Hamil di luar nikah adalah keadaan dimana seorang wanita
yang hamil tanpa adanya ikutan suami istri dengan seorang laki-laki. Penyebabnya
adalah yaitu keadaan emosional yang belum matang untuk mengambil solusi
disetiap masalah yang dihadapi dan melampiaskannya dalam sebuah kegiatan yang
negative contohnya anak yang kurang kasih sayang, sehingga akan mencari kasih
sayang lain di luar rumah.
Dengan terjadinya hamil diluar nikah ini banyak wanita yang
mengalami frustasi, karena pada umumnya sang pria atau yang menghamili tersebut
tidak bertanggung jawab dan bahkan tidak mengakui perbuatan zinanya tersbut
yang akan menyebabkan wanita mengalami depresi psikologisnya, menggugurkan
kandungannya, dan sampai mencoba untuk bunuh diri,
c. Pseudosiesis (kehamilan palsu)
Pseudosiesis adalah kehamilan imaginer atau kehamilan palsu, secara psikis lebih berat
gangguannya dari pada peristiwa abortus.
Pseudosiesis adalah wanita yang tidak hamil tapi merasa bahwa dirinya hamil
diikuti dengan munculnya gejala dan tanda (dugaan) kehamilan.
1)
Tanda-tanda kehamilan pseudosiesis :
a) Berhentinya haid
b) Membesarnya perut
c) Payudara besar dan ada ASI
d) Panggul melebar
e) Terjadi perubahan pada kelenjar
endokrin
Pada
kehamilan pseudosiesis secara psikologis ada sikap yang ambivalen terhadap
kehamilannya yaitu ingin sekali menjadi hamil, sekaligus dibarengi ketakutan
untuk merealisir keinginan punya anak, sehingga terjadi proses inhibisi.
d.
Keguguran
Reaksi wanita terhadap keguguran kandungannya itu sangat
bergantung pada konstitusi psikisnya sendiri. Maka tidak bisa dipungkiri, bahwa
janin atau bayi yang dikandungnya itu dirasakan sebagai bagian dari jasmani dan
rohaninya sendiri.
Beberapa penyebab keguguran menurut pendapat psikiater:
1) Adanya penolakan dari ayah bayi
2) Adanya penolakan dari ibu bayi
3) Ketakutan untuk menjadi ibu
4) Kecemasan yang disebabkan dari
stress pekerjaan atau perselisihan dengan suami maupun dengan anggota keluarga
yang lain.
e. Hamil yang tidak dikehendak.
Beberapa wanita reaksi psikologi
atau emosional pertama-tama terhadap kehamilan dan pemikiran akan segala
akibatnya dalam masa depan menimbulkan efek dan reaksi berupa kecemasan,
kemarahan, ketakutan dan kepanikan. Dengan pikiran wanita-wanita itu kelanjutan
kehamilan ancaman yang menakutkan dan berbahaya bagi diri dan kehidupannya.
1)
Sebab-sebab :
a) Kemiskinan
b) Moralitas social
c) Ketakutan terhadap orang tua
d) Rasa malu pada aib
e) Relasi cinta yang tidak harmon
f) Pria yang tidak bertanggung jawab
g) Ketidaksengajaan dan terpaksa hamil
(hamil di luar nikah)
2)
Akibatnya :
a) menimbulkan orang abortus dengan
sengaja.
b) Enggan merawat kehamilannya
f.
Hamil dengan janin mati
Hamil dengan janin mati adalah kematian janin dalam kandungan
yang mengakibat trauma emosional yaitu antara kematian janin dan persalinan
yang cukup lama.
1)
Sebab-sebab :
a) Kurang gizi
b) Stress yang berkepanjangan
c) Infeksi yang tidak terdiagnosis
sebelumnya
2)
Akibat :
a) Syok dan menyangkal
b) Marah dan bargaining
c) Disorientasi dan depresi
d) Reorganisasi dan penerimaan
g.
Hamil dengan ketergantungan obat
1) Pengertian
Ketergantungan
obat adalah suatu keadaan kebutuhan fisik atau mental ( psikologis) atau
kedua-duanya yang terjadi sebagai akibat pemakaian obat secara terus menerus
atau secara periodik.
2)
Sebab-sebab :
a) Pergaulan bebas
b) Kurang perhatian dan kasih sayang
dari suami dan keluarga
c) Kurang rasa percaya diri.
3)
Akibat :
a) Abortus, partus prematurus, dll.
b) Perkembangan janin terganggu
c) Abratio plasenta
4)
Tindakan dalam penanggulangan
ketergantugan obat
Pada
wanita dengan ketergantungan obat yaitu mengadakan hubungan dengan
keluarga. Keluarga merupakan lingkungan dimana ibu belajar menyesuaikan diri
dalam menghadapi kehidupan.
D. KELAHIRAN
1.
Kelahiran Bayi dan Masa Post-Natal
Banyak dokter psikolog dan seniman yang berspekulasi mengeni
arti dari peristiwa kelahiran. Ada beberapa pendapat spekulatif mengenai
peristiwa kelahiran anak manusia ini. Misalnya saja: Tangis seorang bayi pada
saat kelahiranya itu merupak suata mekanis disebabkan oleh peristiwa terhirupnya
udara untuk pertama kalinya dalam paru-paru. Bayi tersebut dicabut dari
kehangatan perlindungan dalam rahim ibunya. Dan sejak kelahirannya, ia harus
belajar dengan kemampuan sendiri untuk hidup, menghirup udara, menghisap air
susu. Ia harus melatih semua fungsi jasmaniah dan rokhaniahnya agar bisa
mempertahankan hidupnya. Dengan sendirinya, saat kelahiran itu menimbulkan
akibat psikologis yang mengejutkan bagi si bayi. Terjadilah semacam trauma
psikis, yang akan dibawa sepanjang hayat.
2.
Adat Kebiasaan Melahirkan Bayi
Peristiwa kelahiran bukan saja merupakan proses murni
psikologis belaka, akan tetapi banyak pula diwarnai komponen-komponen
psikologis. Aktivitas melahirkan bayi ini cukup bervariasi dari yang mmudah dan
lancar sampai pada yang cukup sukar, berlangsung normal ataupun melalui proses
yang abnormal dengan operasi sexio-caesaria dll.
Orang menyebutkan beberapa faktor penyebab mudah sulitnya
aktivitas melahirkan bayi, antara lain:
a) Perbedaan iklim dan lingkungan
sosial yang mempengaruhi kelenjar endokrin.
b) Cara hidup yang baik atau cara hidup yang sangat ceroboh dari
wanita yang bersangkutan
c) Kondisi otot pinggul wanita.
3.
Faktor Somatis dan Psikis yang
Mempengaruhi Kelahiran Bayi
Setiap proses biologis dari fungsi keibuan dan reproduksi,
yaitu sejak turunnya bibit kedalam rahim ibu sampai kelahiran bayi itu
senantiasa saja dipengaruhi (distimilir atau justru terhambat) oleh
pengaruh-pengaruh psikis tertentu maka ada:
a) Interdependensi di antara
faktor-faktor somatis (jasmanah) dan faktor-faktor psikis.
b) Jadi pada fungsi reproduksi yang
sifatnya biologis itu selalu dimulai pula oleh elemen-elemen psikis.
Untuk memperoleh sedikit pengertian tentang situasi
psikologis kelahiran, kita harus menjenguk sejenak fase terakhir dari masa
kehamilan. Bahkan pada wanita paling sehat sekalipun kondisi somatis menjelang
kelahiran bayi ini dirasakan sangat berat dan tidak menyenangkan. Penderitaan
fisik dan beban jasmaniah selama berminggu-minggu terakhir masa kehamilan itu
banyak menimbulakan gangguan psikis.
4.
Komunitas Terapeutik
Kegiatan komunikasi terapeutik pada ibu melahirkan merupakan
pemberian bantuan pada ibu yang melahirkan dengan kegiatan bimbingan proses
persalinan.
a) Tujuan komunikasi terapeutik pada
ibu dengan gangguan psikologis.
1) Membantu pasien menjelaskan serta
mengurangi beban perasaan dan pikiran selama proses persalinan.
2) Membantu mengambil tindakan yang
efektif untuk pasien
3) Membantu mempengaruhi orang lain,
lingkungan fisik dan diri sendiri untuk kesejahteraan itbu dan proses
persalinan agar dapat berjalan dengan semestinya.
b) Pendekatan Komunikasi Terapeutik
1) Menjalin hubungan yang mengenakan (rapport) dengan klien.
2) Kehadiran merupakan bentuk tindakan
aktif ketrampilan
3) Mendengarkan dan memperhatikan
keluhan klien.
4) Sentuhan dalam pendampingan klien
yang bersalin.
5) Memberi informasi tentang kemajuan
persalinan.
6) Memandu persalinan dengan memandu
instruksi khusus tentang bernapas, berelaksasi dan posisi postur tubuh.
7) Mengadakan kontak fisik dengan
pasien
8) Memberikan pujian pada klien tentang
usaha yang telah dilakukannya
9) Memberikan ucapan selamat pada klien
atas kelahiran putra/putrinya.
E. MASA NIFAS
1.
Pengertian.
Masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya placenta
sampai enam minggu berikutnya. Waktu yang tepat dalam rangka pengaeasan Post
Partum adalah 2 - 6 jam, 2 jam - 6 hari. 2 jam - 6 minggu (atau boleh juga
disebut 6 jam, 6 hari dan 6 minggu ). Pengawasan dan asuhan post partum masa
nifas sangat diperlukan yang tujuanya adalah sebagai berikut :
a) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya,
baik fisik maupun psikologi.
b) Melaksanakan sekrining yang
komprehensif, mendeteksi masalah mengobati, atau merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c) Memberikan pendidikan kesehatan
tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi
pada saat bayi sehat
d) Memberikan pelanyanan KB.
2.
Gangguan yang sering terjadi pada
masa nifas berupa gangguan psikologis seperti : Post Partum Blues (PPS) dan Depresi Post Partum
a) Baby Blue (Post Partum
Blues)
Merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan,
biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu
sejak kelahiran bayi yang ditandain dengan gejala-gejala sbb:
1) Cemas tanpa sebab
2) Menangis tanpa sebabi
3) Tidak sabari
4) Tidak percaya diri
5) Sensitive
6) Mudah tersinggung
7) Merasa kurang menyayangi bayinya
Jika hal ini dianggap enteng, keadaan ini bisa serius dan
bisa bertahan dua minggu sampai satu tahun dan akan berlanjut menjadi Post
Partum Sindrome. Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan post
partum blues ada dua cara yaitu:
1) Dengan cara pendekatan komunikasi
terapeutik.
2) Dengan cara peningkatan support
mental/ dukungan keluarga
Komunikasi Terapeutik
Tujuan dan komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan
baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
1) Mendorong pasien mampu meredakan
segala ketegangan emosi.
2) Dapat memahami dirinya
3) Dapat mendukung tindakan
konstruktif.
b)
Depresi Post
Partum
3.
Peningkatan Support Mental/Dukungan
Keluarga Dalam Mengatasi Gangguan Psikologis Yang Berhubungan Dengan Masa Nifas
Dalam
menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sbb :
a. Fase Taking in yaitu periode ketergantungan yang
berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat
itu focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses
persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung ibu
menjadi pasif terhadap lingkungannya.
b. Fase taking hold Yaitu periode yang berlangsung
antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini
ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk
menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul
percaya diri.
c. Fase letting go merupakan fase menerima tanggung
jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu
sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat.
Ada
kalanya, ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya keadaan ini
disebut baby blues. Jika hal ini terjadi, disarankan untuk melakukan hal-hal
berikut ini:
1. Minta bantuan suami atau keluarga
yang lain, jika membutuhkan istirahat untuk menghilangkan kelelahan.
2. Beritahu suami mengenai apa yang
sedang ibu rasakan. Mintalah dukungan dan pertolongannya.
3. Buang rasa cemas dan kekhawatiran
akan kemampuan merawat bayi karena semakin sering merawat bayi, ibu akan
semakin terampil dan percaya diri. Carilah hiburan dan luangkan waktu untuk
diri sendiri.
F.
MENOPAUSE
Psikiatris
menemukan, banyak wanita pada masa menopause melampaui tiga tahap sebelum
menyesuaikan dengan kehidupan barunya. Pertama adalah tahap dimana perasaan
cemas makin menonjol biasanya periode ini cukup singkat. Dilanjutkan dengan
periode yang mungkin berlangsung berbulan-bulan, ketika gangguan depresi dan
perubahan suasana hati yang lainya muncul. Yang ketiga merasa ditolak oleh
semua orang. Semua anggapan itu tidak benar kelak si wanita akan memasuki tahap
penyesuaian ulang. Semua kesedihan dari bulan-bulan sebelumnya tinggal sebagai
mimpi buruk.
Gangguan Psikologis
Bagi Wanita Menopause:
1.
Depresi
Menstrual
a)
Pengertian
Adalah keadaan yang pernah timbul pada
masa adolesens yang kemudian hilang dengan sedirinya selama periode reproduktif
(menjadi ibu) dan timbul lagi pada usia klimakteris. Pada saat ini sekalipun
wanita tersebut tidak haid lagi, namun rasa depresif itu selalu saja timbul
dengan interval waktu tidak tetap. Dan selalu tiba bersamaan dengan datangnya siklus
haid.
Depresi merupakan manifestasi dari
kepedihan hati dan kekecewaan bahwa wanita yang bersangkutan menjadi kurang
lengkap dan sempurna disebabkan oleh berhentinya fungsi reproduksi dan haid.
b)
Cara mengatasi
gangguan psikologis yang berhubungan dengan depresi menstrual yaitu:
1)
Dukungan
Informatif
(a)
Memberikan konseling khusus berhentinya haid adalah hal
yang fisiologis dan akan dialami oleh semua wanita.
(b)
Memberikan nasehat agar wanita tersebut mau dan menerima
siklusnya.
(c)
Memberikan nasehat agar dapat menerima keadaanya dengan
lapang dada.
(d)
Memberikan informasi agar selalu mengkomunikasikan setiap
masalah atau perubahan yang terjadi pada suaminya.
(e)
Memberikan nasehat untuk mencari lebih banyak tentang hal
yang dihadapi melalui media cetak, elektronik dan lain – lain.
(f)
Memberi nasehat untuk mencari dukungan spiritual.
(g)
Memberi contoh – contoh pengalaman positif tentang wanita
menopause.
(h)
Menganjurkan untuk berolahraga.
(i)
Memberi latihan penanganan stress.
(j)
Memberi nasehat untuk konsultasi ke dr. Obgyn atau
psikolog bila perlu.
2) Dukungan Emosional
(a)
Mempunyai rasa empati terhadap hal yang dialami oleh
wanita menopause.
(b)
Melibatkan anggota keluarga terutama suami dalam memahami
kondisi istrinya.
(c)
Memberikan perhatian dan kepedulian kepada wanita
tersebut.
(d)
Menciptakan lingkungan keluarga yang nyaman, tenang,
harmonis dan saling pengertian.
3)
Dukungan
Penghargaan
(a) Memberi
penghormatan sehingga wanita tersebut merasa dihargai.
(b) Memberi
dorongan atau support sehingga wanita tersebut bisa percaya diri.
4) Dukungan Instrumental
(a)
Memberi bantuan tenaga terhadap apa yang dibutuhkan oleh
wanita menopause.
(b)
Memberi bantuan materi (yang diberikan keluarga).
2. Masturbasi Klitoris
a)
Pengertian
Banyak wanita yang dahulu selama masa
produktif menjadi dingin-beku secara seksual, pada masa klimakteris ini
tiba-tiba saja seksualitasnya menjadi hangat mebara lagi, dan ia menjadi
sensitive sekali. Akan tetapi, ada juga wanita-wanita yang selama periode
produktifnya memiliki seksualitas yang normal, justru pada usia klimakteris ini
mereka menjadi beku dingin secara seksual.
Adakalanya pada wanita menopause timbul
semacam seksual yang luar biasa hangat membara lagi ia sensitive sekali
sehingga wanita tersebut melakukan masturbasi klitoris (onani kelentit).
b) Cara mengatasi gangguan psikologis masturbasi :
1)
Memberi nasehat untuk memenuhi kebutuhan sex secara
sehat.
2)
Memberi nasehat untuk konsultasi ke ahli kebidanan untuk
mendapat terapi.
3)
Memberi konseling bahwa wanita menopause bisa melakukan
hubungan sex.
4)
Mengkomunikasikan masalah pada suami dan diharapkan suami
mau membantu memecahkan masalah, mamberi dukungan kepada istrinya.
3. Ide Delerius
a)
Pengertian
Adalah ide yang berisikan kegilaan,
nafsu-nafsu petualanganjika pada usia pubertas sudah pernah muncul predisposisi
psiko somatis dan gejala psikis histeris, nafsu-nafsu petualangan dan gangguan
psikis lain, maka pada usia klimakteris ini predisposisi dan gejala-gejala
abnormal tadi akan muncul kembali. Biasanya gejala tersebut berisikan ide
delirius (kegilaan).
b)
Cara mengatasi gangguan psikologis tersebut yaitu dengan:
1) Memberikan
nasihat agar lebih mendekatkan diri pada Tuhan.
2) Memberikan
nasihat mengembangkan pikiran-pikiran atau ide yang positif dalam kehidupannya.
4. Aktifitas Hipomanis Semu
a)
Pengertian
Aktifitas hipomanis semu adalah
gangguan ini ditandai dengan seolah – olah wanita ini merasakan vitalitas
hidupnya jadi bertambah. Ia merasa muda bagaikan gadis remaja dan selalu
meyakinkan diri sendiri bahwa ia berambisi atau mampu memulai kehidupannya dari
awal lagi. Wanita ini merasakan seolah-olah vitalitas kehidupannya jadi
bertambah.
b)
Cara mengatasi gangguan psikologis tersebut yaitu:
1) Memberi nasehat
agar aktifitas yang dilakukan dapat mengarah ke hal-hal yang positif contohnya
berolahraga, menghadiri ceramah, dll dan mengisi waktu dengan kegiatan yang
memperdalam kebudayaan atau bakat, misalnya melukis, dll.
2) Mengisi
kegiatan dengan memperdalam kebudayaan atau bakat.
5. Infantile
Infantile pada masa menopause adalah sifat kekanak-kanakan
yang timbul setelah puber kedua ini. Saat menopause muncul kembali
ingatan masa kecil, keceriaan, harapan, permainan, lepas, gembira, asyik, dan
masih banyak suasana kegembiraan yang menyertai. Pada masa menopause infantil ini
rasa keinginan selalu ingin terpenuhi, layaknya seperti anak-anak.
6. Insomnia
a)
Pengertian
Insomnia adalah kesukaran dalam memulai
atau mempertahankan tidur. Sejumlah faktor dikombinasikan dalam menopause
mengganggu tidur. Tingkat hormon, masalah kesehatan, gaya hidup, dan ketegangan
situasional semua berperan dalam hal ini.
Setelah usia 40 atau 45 tahun, wanita
mungkin mengalami kesulitan untuk bisa tidur atau tetap tidur:
1) Penurunan kadar
hormon.
2) Kemerahan dan
berkeringat di malam hari.
3) Depresi dan
kecemasan.
4) Masalah fisik
lain seperti kesulitan bernapas, masalah tiroid, sakit dll
5) Penggunaan
kafein, alkohol nikotin yang berlebihan, atau penggunaan beberapa suplemen.
6) Masalah Sosial
dan keluarga seperti orang tua yang sakit, perceraian, kekhawatiran pekerjaan,
masalah keuangan dll.
7) Berbagai
obat-obatan digunakan untuk ketidaknyamanan fisik yang berbeda.
Untuk masalah ini, semakin wanita
kehilangan tidur karena gejala menopause, gejala insomnia akan lebih jelas
terjadi. Kemurungan akan menjadi lebih intens, kelelahan ekstrim menjadi umum.
7. Gangguan konsep diri
Gangguan konsep diri adalah konsep diri
negatif yang akan cenderung membuat
individu bersikap tidak efektif, ini akan terlihat dari kemampuan interpersonal
dan penguasaan lingkungan dalam masyarakat.
Menurut William D. Brooks dan Philip
Emmert ada lima tanda individu yang memiliki konsep dirinegatif, yaitu :
a) Ia peka pada
kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya, dan mudah marah
dan naik pitam.
b) Orang yang
memiliki konsep diri negatif, responsif sekali terhadap pujian, ia tidak
dapatmenyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian.
c) Memiliki sikap
hiperkritis terhadap orang lain. Ia selalu mengeluh, mencela atau
meremehkanapapun dan siapapun. Mereka tidak mampu mengungkapkan penghargaan
atau pengakuan padakelebihan orang lain.
d) Cenderung
merasa tidak disenangi orang lain. Ia merasa tidak diperhatikan, dan ia
bereaksi padaorang lain sebagai musuh sehingga tidak dapat melahirkan
kehangatan dan keakraban persahabatan.
e) Bersikap
pesimis terhadap kompetisi seperti ia enggan untuk bersaing dengan orang lain
dalam membuat prestasi. Ia menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan
yang merugikan dirinya.Ciri khas individu yang berkonsep diri negatif adalah
ketidak akuratan pengetahuan tentang dirinya sendiri. Individu yang mempunyai
pemahaman atau pengetahuan yang kurang atau sedikitt entang dirinya, ia tidak
sungguh-sungguh mengetahui siapa dia, apa kelebihan dan kekurangannya.
Dari uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri negatif akan cenderung membuatindividu
bersikap tidak efektif, ini akan terlihat dari kemampuan interpersonal dan
penguasaanlingkungan dalam masyarakat.
Penanganan Insomia,gangguan konsep diri dan infantile pada masa menopause adalah :
a) Kembangkan
kebiasaan tidur dan mentaatinya, membaca bacaan ringan, nonton TV, acara
santai, musik yang menyenangkan.
b) Makanlah jangan
terlalu banyak/kemyang dan jangan kurang karena akan mengganggu tidur.
c) Atur kenyamanan
diri, pastikan ruangan jangan terlalu panas/dingin dan kamar harus bersih juga
rapi.
d) Dapatkan udara
segar, jangan tidur dengan selimut menutupi kepala akan mengurangi oksigen dan
menambah karbodioksida yang dihirup.
e) Batasi
minum/cairan setelah jam 16.00 karena akan bak waktu malam hari.
f) Jernihkan
pikiran, cobalah menyelesaikan masalah pada siang dan singkirkan semua
kecemasan sebelum tidur.
g) Menunda jam tidur
dan tidak tidur siang.
h) Mengerti dan
menerima diri sendiri tulus ikhlas merupakan fitrah dari Tuhan.
i)
Aktifitas social dan agama dapat memberikan kepuasan
batin, memperkaya iman dan memberikan rasa berserah diri kepada-Nya.
j)
Ketenangan dalam keluarga yaitu adanya pengertian dan dorongan anggota kelurga akan
membantu mengurangi gejala yang timbul, terasa ringan dan membawa kebahagiaan.
k) Pengobatan
dengan esterogen dan kombinasi psikoterapi
DAFTAR
PUSTAKA :
Jhaquin, Arrewenia. 2010. Psikologi Untuk
Kebidanan. Yogyakarta. Nuha Medika.
Nirwana, Ade Benih. 2011. Psikologi Kesehatan
Wanita (Remaja, Menstruasi, Menikah, Hamil, Nifas, dan Menyusui).
Yogyakarta. Nuha Medika.
Bahiyatun, 2011. Buku Ajar Bidan
Psikolgi Ibu dan Anak. Jakarta. EGC.
Dahro, Ahmad.
2012. Psikologi Kebidanan : Analisis
Perilaku Wanita untu Kesehatan. Jakarta. Salemba Medika.
Pieter, Herri Zan dan Lubis, N. L. Pengantar
Psikologis untuk Kebidanan. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
Jannah, Nurul. 2011. Asuhan Kebidanan
Ibu Nifas. Yogyakarta. Ar Ruzz Media.
Uripmi, Lia C. 2011. Psikologi
Kebidanan. Yogyakarta. EGC