Minggu, 10 Agustus 2014


A.    MENSTRUASI
1.      Pengertian
Menstruasi adalah perdarahan dari uterus karena perubahan hormonal yang teratur atau berdaur teratur, kira-kira empat minggu sekali (kamus istilah kebidanan, hal 116) .
Dapat diketahui dari proses peluruhan darah, akibat dari peluruhan hormone tersebut terdapat gejala-gejala yang mengakibatkan beberapa gangguan yang dikeluhkan oleh beberapa wanita khususnya para remaja yang masih baru mengalami geajala tersebut, disinilah kita bahas beberapa gangguan mentrusai tersebut serta cara menanganinya.
2.      Gangguan psikologis pada masa menstruasi :
a.      Kompleks kastrasi
Kompleks kastrasi atau trauma genitalia yaitu reaksi psikis tertentu pada saat haid pertama. Dalam psikoanalisa, trauma genitalia adalah shock emosional (Dr. Helena Deutsch).
Pada beberapa peristiwa kompleks kastrasi ini muncul gambaran-gambaran fantasi yang aneh-aneh yang dibarengi kecemasan dan ketakutan yang tidak riil disertai perasaan bersalah dan berdosa yang semuanya berkaitan dengan masalah perdarahan pada kelamin dan proses haidnya. Menstruasi itu juga dianggap sebagai kotoran dan hal-hal yang haram dan dipautkan dengan dosa dan hal-hal yang menjijikkan.
b.      Teori cloaca
Teori “cloaca” adalah teori yang beranggapan bahwa saluran buang atau membuang kotoran merupakan tempat bermuaranya saluran kencing dan usus, yang menyatakan segala sesuatu yang keluar dari rongga tubuh itu adalah kotor, najis, menjijikkan, dan merupakan tanda noda dan tidak suci.
Atas dasar pandangan yang keliru ini kemudian timbul rasa malu, rasa diri tidak bersih dan tidak suci, merasa diri kotor bernoda dan diliputi emosi-emosi negatif lainnya. Dari perasaan negatif tersebut mungkin akan timbul pula perasaan sangat lemah karena merasa kehilangan banyak darah dan merasa sakit-sakitan sehingga tidak berani keluar rumah. Untuk selanjutnya saat menstruasi tersebut senantiasa dipakai sebagai alasan agar ia dibebaskan dari tugas-tugas tertentu atau dipakai untuk menghindari kewajiban-kewajiban tertentu.
c.       Phobia
Phobia adalah ketakutan yang tidak beralasan atau tidak riil, fobia digambarkan dengan kecemasan atau ketakutan terhadap menstruasi secara terus menerus serta berlebihan yang tidak segera diatasi. Gejala ini merupakan sifat kemunculan yang mengarah ke tingkah laku patologis. Phobia pertama kali digunakan sebagai istilah kedokteran Celcus, seorang bangsa Romawi pencipta ensiklopedi


d.      Hypochondria
Hypochondria adalah rasa batin/hati yang sangat tertekan dan kemurungan yang bersifat patologis, kadang-kadang dibarengi dengan ketakutan-ketakutan yang tidak beralasan terhadap kesehatannya dan diikuti fantasi-fantasi sakit mengenai kegagalan diri.
e.       Paranoid
Paranoid adalah reaksi-reaksi kegilaan, bayangan-bayangan dan pikiran-pikiran kegilaan dan yang bukan-bukan.
f.       Psychogene amenorrhea
Psychogene amenorrhe adalah tertundanya atau terhentinya haid yang bersifat patologis karena gangguan psikis.
Jika anak gadis pada haid pertamanya terjadi penolakan, maka kejadian ini bisa mengakibatkan proses pengereman fungsional dan pengereman tadi berubah jadi retensi pada menstruasi (keberhentian haid). Hal ini diakibatkan oleh reaksi dari kejutan atau reaksi shock yang dialami oleh gadis remaja ketika mengalami perdarahan atau menstruasi yang pertama. Tapi pada usia yang lebih tua penolakan tersebut bisa menimbulkan penyakit psychogene amenorrhe. Biasanya penyakit ini hanya dapat diobati dengan terapi psikis.
3.      Gangguan-gangguan psikologi lain pada saat menstruasi yaitu :
a.      Merasa keterbatasan aktivitas
Contohnya : tidak dapat melaksanakan ibadah, aktivitas olahraga, kerja menjadi terganggu konsentrasi, dll
b.      Mudah tersinggung atau mudah marah.
Perasaan ini timbul dikarenakan akibat dari perubahan cara kerja hormon-hormon serata karena pengaruh rasa nyeri yang timbul pada saat menstruasi.
c.       Perubahan pola makan
Pola makan cenderung meningkat terutama pada makan yang manis.
d.      Merasa gelisah dan gangguan tidur.
Pada saat menstruasi seorang wanita akan mengalami gangguan atau masalah susah tidur atau insomnia.
4.      Cara Mengatasi Gangguan Psikologi Menstruasi
Sebagai seorang bidan, tugas utama dalam masalah gangguan menstruasi adalah menjadi konselor yang baik.
a.       Memberi penjelasan kepada klien, bahwa proses menstruasi merupakan suatu proses fisiologi atau normal yang pasti akan terjadi dan akan dialami oleh setiap wanita yang subur.
b.      Memberi informasi-informasi positif yang berguna mengenai menstruasi agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap proses menstruasi tersebut.
c.       Memberikan saran untuk mengurangi ketegangan dan rasa nyeri proses menstruasi berlangsung, seperti istirahat yang cukup, perbanyak minum air putih dan melakukan kompres air hangat pada bagian perut.
d.      Memberikan support mental atau dukungan pada klien, agar lebih percaya diri dan tidak merasa takut dalam menghadapi masa menstruasi.

B.     PERKAWINAN
1.      Pengertian
Perkawinan adalah suatu penyatuan jiwa dan raga dua manusia berlawanan jenis dalam suatu ikatan yang suci dan mulia di bawah lindungan hukum dan Tuhan Yang Maha Esa.
Perkawinan adalah suatu perkawinan sepasang mempelai yang dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama, para sksi dan sejumlah hadirin yang disahkan secara resmi sebagai suami isteri dengan upacara ritual-ritual tertentu. Dimana bentuk proklamasi laki-laki dan wanita bersifat dwi tunggal yakni saling memiliki satu sama lain.
2.      Gangguan psikologis pada masa perkawinan dilihat dari jenis perkawinan:
a.      Perkawinan periodik (term marriage)
Term marriage atau perkawinan periodik adalah sebuah bentuk perkawinan dengan merencanakan suatu kontrak tahap pertama selama 3-5 tahun sedang tahap kedua ditempuh dalam jangka 10 tahun, perpanjangan dari kontrak ini bisa dilakukan untuk mencapai tahap ketiga yang memberikan hak pada kedua pasangan untuk saling memiliki secara permanen, memberikan hak kepada partner.
Perkawinan term marriage pertama kali dipopulerkan di Eropa dan Amerika Serikat kira-kira sejak setengah abad yang lalu
Ide tersebut melandaskan argumentasinya pada pertimbangan berikut, yaitu jangan hendaknya dua orang yang akan saling melibatkan diri dalam satu relasi yang sangat intim dan kompleks dalam bentuk ikatan perkawinan tidak  mencobanya terlebih dahulu selama satu periode selama beberapa bulan atau beberapa tahun.
b.      Perkawinan persekutuan (companionate marriage)
Companionate marriage adalah perkawinan yang dilakukan dengan tidak menganjurkan adanya anak dalam sebuah hubungan tersebut dengan cara melakukan keluarga berencana (KB) untuk pengendalian kelahiran atas dasar persetuan bersama.
c.       Poligami/poliandri (perkawinan beristri/bersuami banyak)
Poligami merupakan praktik pernikahan kepada lebih dari satu suami atau istri (sesuai dengan jenis kelamin orang bersangkutan).
Dampak psikologis: perasaan inferior istri dan menyalahkan diri karena merasa tindakan suaminya berpoligami adalah akibat dari ketidakmampuan dirinya memenuhi kebutuhan biologis suaminya.
Pola ini dipopulerkan kembali sejak perang dunia I dan II. Pola ini dianjurkan karena mengingat banyaknya perawan-perawan tua dan janda-janda muda yang diakibatkan oleh kedua peperangan tersebut.
d.      Perkawinan eugenis (perkawinan untuk memperbaiki/memuliakan ras)
Perkawinan eugenis adalah perkawinan yang dilakukan untuk memperbaiki keturunan  untuk memperbaiki atau memuliakan ras.
Sejarah perkawinan ini terjadi pada saat perang dunia II berkecamuk, Hittler mengkomandokan sebagian pasukannya untuk menjarah dan menculik banyak gadis-gadis cantik dari berbagai negeri bahkan dari negara lain yang diduduki Jerman untuk di”ternakkan” dari kamp-kamp khusus. Dengan kekerasan mereka digauli laki-laki Jerman pilihan dengan tujuan suatu periode wanita-wanita tadi melahirkan suatu generasi muda yang unggul (berdarah Aria murni), baik cantik maupun inteligen yang tinggi. Tapi pola ini sangat dikecam oleh seluruh peradaban manusia di dunia.
3.      Peran Bidan dalam Pengelolaan Gangguan Psiklogis Perkawinan
Upaya yang dilakukan bidan dalam mengupayakan penyelasaian konflik perkawinan yang terjadi yaitu:
a.       Bidan sebagai penyuluh dan pemberi motivasi. Jika ada masalah sekecil apapun yang terjadi dalam rumah tangga harus dikomunikasikan antara pasangan sehingga tidak terjadi kesalah pahaman yang mengganggu keutuhan rumah tangga.
b.      Mempersiapkan kedua belah pihak untuk menjadi orangtua dengan memberikan kasih sayang keperawatan dan pendidikan yang terbaik.
c.       Jika sebelum menikah belum di imunisasi TT, sebaiknya segera imunisasi TT agar anaknya nanti tidak terkena penyakit tetanus.
d.      Sebaiknya pasangan yang sudah mempunyai satu anak, sebaiknya melakukan KB untuk mengatur jarak kelahiran.
e.       Tetap memberikan pelayanan tanpa pandang status dari perkawinannya apabila klien di wilayahnya tersebut diberi motivasi UU Perkawinan belum bisa menerima
f.       Bertindak sebagai konselor yang baik yaitu : Menciptakan hubungan baik, Memberi kesempatan klien untuk melakukan ventilasi, yaitu membuka, perasaannya secara leluasa dihadapan pasangannya, Memberi dorongan dan penerimaan terhadap klien, Melakukan diagnosis/penemuan masalah, Membantu klien mencari kemungkinan alternatif menentukan tindakan
4.      Cara mengatasi gangguan psikologi perkawinan
a.      Konseling Mengatasi Kesulitan/Gangguan yaitu:
1)      Menghadapi kenyataan
2)      Suami istri perlu menghadapi kenyataan hidup dari semua yang terungkap dan tersingkap.
3)      Penyesuian timbal balik, Perlu usaha terus menerus dengan saling memperhatikan, saling mengungkapkan cinta dengan tulus, menunjukkan pengertian, penghargaan dan saling memberi dukungan serta semangat
4)      Latar belakang suasana yang baik, Untuk menciptakan suasana yang baik, dilatarbelakangi oleh pikiran-pikiran, perbuatan dan tindakan yang penuh kasih sayang.
5)      Komunikasi yang baik, Dengan membina dan memelihara komunikasi di dalam keluarga dan dengan masyarakat di luar keluarga.
Menurut Latipun (2001) konseling perkawinan dapat digunakan sebagai suatu pendekatan pemecahan masalah.
b.      Tujuan Konseling Perkawinan
Konseling perkawinan dilaksanakan tidak bermaksud untuk mempertahankan suatu keluarga.Konselor berpandangan bahwa dirinya tidak memiliki hak untuk memutuskan cerai atau tidak sebagai solusi terhadap masalah yang dihadapi pasangan.Konseling perkawinan dimaksudkakan membantu klien untuk mengaktualkan diri yang menjadi perhatian pribadi.
c.       Tipe Konseling Perkawinan
1)      Concurent marital counseling, Konseling dilakukan secara terpisah, metode ini digunakan bila salah seorang partner memiliki masalah psikis tertentu untuk dipecahkan tersendiri selain juga mengatasi masalah yang berhubungan dengan pasangannya.
2)      Collaborative marital counseling Setiap partner secara individual menjumpai konselor yang berbeda
3)      Conjoint marital conseling, Suami isteri datang bersama-sama ke seorang atau beberapa orang konselor.
4)      Couples group counseling, Beberapa pasangan secara bersama-sama datang ke seseorang atau beberapa konselor.
C.     KEHAMILAN
1.      Gangguan psiklogis pada masa kehamilan ditinjau dari faktor penyabab:
a.      Kemandulan
Penyebab kemandulan :
1)      faktor-faktor organik/fisiologi yang menjadi sebab utama termasuk dalamnya yaitu ketidakmampuan suami atau istri untuk memproduksi sperma dan ovum dengan baik
2)      ketidakseimbangan jiwa dan kecemasan/ketakutan yang berlebihan (emotional stress) dapat pula menurunkan derajat kesuburan wanita atau suaminya.
3)      Abnormalitas psikogenis sewaktu bersenggama, jadi terganggu aktivitas seksual, misal : ketakutan atau kecemasan dan perasaan berdosa atau bersalah.
Faktor penyebab gangguan psikologis yang dapat menyababkan kemandulan :
1)      Ketakutan-ketakutan yang tidak disadari (dibawah alam sadar)
2)      Ketakutan yang bersifat inflantile (kekanak-kanakan)
3)      Ketakutan tersebut tidak hanya berkaitan dengan fungsi reproduksi saja, akan tetapi berhubungan dengan segala aspek kegiatan seksual.
4)      Ketakutan oleh fantasi-fantasi kehamilan, antara lain berupa gejala muntah dan perut menjadi kembung
5)      Ketakutan pada menstruasi hingga merasakan gejala nyeri dan sakit waktu mendapatkan menstruasi
b.      Hamil di luar nikah
Hamil di luar nikah adalah keadaan dimana seorang wanita yang hamil tanpa adanya ikutan suami istri dengan seorang laki-laki. Penyebabnya adalah yaitu keadaan emosional yang belum matang untuk mengambil solusi disetiap masalah yang dihadapi dan melampiaskannya dalam sebuah kegiatan yang negative contohnya anak yang kurang kasih sayang, sehingga akan mencari kasih sayang lain di luar rumah.

Dengan terjadinya hamil diluar nikah ini banyak wanita yang mengalami frustasi, karena pada umumnya sang pria atau yang menghamili tersebut tidak bertanggung jawab dan bahkan tidak mengakui perbuatan zinanya tersbut yang akan menyebabkan wanita mengalami depresi psikologisnya, menggugurkan kandungannya, dan sampai mencoba untuk bunuh diri,
c.       Pseudosiesis (kehamilan palsu)
Pseudosiesis adalah kehamilan imaginer atau kehamilan palsu, secara psikis lebih berat gangguannya dari pada peristiwa abortus. Pseudosiesis adalah wanita yang tidak hamil tapi merasa bahwa dirinya hamil diikuti dengan munculnya gejala dan tanda (dugaan) kehamilan.
1)      Tanda-tanda kehamilan pseudosiesis :
a)      Berhentinya haid
b)      Membesarnya perut
c)      Payudara besar dan ada ASI
d)     Panggul melebar
e)      Terjadi perubahan pada kelenjar endokrin
            Pada kehamilan pseudosiesis secara psikologis ada sikap yang ambivalen terhadap kehamilannya yaitu ingin sekali menjadi hamil, sekaligus dibarengi ketakutan untuk merealisir keinginan punya anak, sehingga terjadi proses inhibisi.
d.      Keguguran
Reaksi wanita terhadap keguguran kandungannya itu sangat bergantung pada konstitusi psikisnya sendiri. Maka tidak bisa dipungkiri, bahwa janin atau bayi yang dikandungnya itu dirasakan sebagai bagian dari jasmani dan rohaninya sendiri.
Beberapa penyebab keguguran menurut pendapat psikiater:
1)      Adanya penolakan dari ayah bayi
2)      Adanya penolakan dari ibu bayi
3)      Ketakutan untuk menjadi ibu
4)      Kecemasan yang disebabkan dari stress pekerjaan atau perselisihan dengan suami maupun dengan anggota keluarga yang lain.
e.       Hamil yang tidak dikehendak.
Beberapa wanita reaksi psikologi atau emosional pertama-tama terhadap kehamilan dan pemikiran akan segala akibatnya dalam masa depan menimbulkan efek dan reaksi berupa kecemasan, kemarahan, ketakutan dan kepanikan. Dengan pikiran wanita-wanita itu kelanjutan kehamilan ancaman yang menakutkan dan berbahaya bagi diri dan kehidupannya.
1)      Sebab-sebab :
a)      Kemiskinan
b)      Moralitas social
c)      Ketakutan terhadap orang tua
d)     Rasa malu pada aib
e)      Relasi cinta yang tidak harmon
f)       Pria yang tidak bertanggung jawab
g)      Ketidaksengajaan dan terpaksa hamil (hamil di luar nikah)
2)      Akibatnya :
a)      menimbulkan orang abortus dengan sengaja.
b)      Enggan merawat kehamilannya
f.       Hamil dengan janin mati
Hamil dengan janin mati adalah kematian janin dalam kandungan yang mengakibat trauma emosional yaitu antara kematian janin dan persalinan yang cukup lama.
1)      Sebab-sebab :
a)      Kurang gizi
b)      Stress yang berkepanjangan
c)      Infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya
2)      Akibat :
a)      Syok dan menyangkal
b)      Marah dan bargaining
c)      Disorientasi dan depresi
d)     Reorganisasi dan penerimaan
g.      Hamil dengan ketergantungan obat
1)      Pengertian
Ketergantungan obat adalah suatu keadaan kebutuhan fisik atau mental ( psikologis) atau kedua-duanya yang terjadi sebagai akibat pemakaian obat secara terus menerus atau secara periodik.
2)      Sebab-sebab :
a)      Pergaulan bebas
b)      Kurang perhatian dan kasih sayang dari suami dan keluarga
c)      Kurang rasa percaya diri.
3)      Akibat :
a)      Abortus, partus prematurus, dll.
b)      Perkembangan janin terganggu
c)      Abratio plasenta
4)      Tindakan dalam penanggulangan ketergantugan obat
Pada wanita dengan ketergantungan obat  yaitu mengadakan hubungan dengan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan dimana ibu belajar menyesuaikan diri dalam menghadapi kehidupan.

D.    KELAHIRAN
1.      Kelahiran Bayi dan Masa Post-Natal
Banyak dokter psikolog dan seniman yang berspekulasi mengeni arti dari peristiwa kelahiran. Ada beberapa pendapat spekulatif mengenai peristiwa kelahiran anak manusia ini. Misalnya saja: Tangis seorang bayi pada saat kelahiranya itu merupak suata mekanis disebabkan oleh peristiwa terhirupnya udara untuk pertama kalinya dalam paru-paru. Bayi tersebut dicabut dari kehangatan perlindungan dalam rahim ibunya. Dan sejak kelahirannya, ia harus belajar dengan kemampuan sendiri untuk hidup, menghirup udara, menghisap air susu. Ia harus melatih semua fungsi jasmaniah dan rokhaniahnya agar bisa mempertahankan hidupnya. Dengan sendirinya, saat kelahiran itu menimbulkan akibat psikologis yang mengejutkan bagi si bayi. Terjadilah semacam trauma psikis, yang akan dibawa sepanjang hayat.
2.      Adat Kebiasaan Melahirkan Bayi
Peristiwa kelahiran bukan saja merupakan proses murni psikologis belaka, akan tetapi banyak pula diwarnai komponen-komponen psikologis. Aktivitas melahirkan bayi ini cukup bervariasi dari yang mmudah dan lancar sampai pada yang cukup sukar, berlangsung normal ataupun melalui proses yang abnormal dengan operasi sexio-caesaria dll.
Orang menyebutkan beberapa faktor penyebab mudah sulitnya aktivitas melahirkan bayi, antara lain:
a)     Perbedaan iklim dan lingkungan sosial yang mempengaruhi kelenjar endokrin.
b)     Cara hidup yang baik  atau cara hidup yang sangat ceroboh dari wanita yang bersangkutan
c)     Kondisi otot pinggul wanita.
3.      Faktor Somatis dan Psikis yang Mempengaruhi Kelahiran Bayi
Setiap proses biologis dari fungsi keibuan dan reproduksi, yaitu sejak turunnya bibit kedalam rahim ibu sampai kelahiran bayi itu senantiasa saja dipengaruhi (distimilir atau justru terhambat) oleh pengaruh-pengaruh psikis tertentu maka ada:
a)      Interdependensi di antara faktor-faktor somatis (jasmanah) dan faktor-faktor psikis.
b)      Jadi pada fungsi reproduksi yang sifatnya biologis itu selalu dimulai pula oleh elemen-elemen psikis.
Untuk memperoleh sedikit pengertian tentang situasi psikologis kelahiran, kita harus menjenguk sejenak fase terakhir dari masa kehamilan. Bahkan pada wanita paling sehat sekalipun kondisi somatis menjelang kelahiran bayi ini dirasakan sangat berat dan tidak menyenangkan. Penderitaan fisik dan beban jasmaniah selama berminggu-minggu terakhir masa kehamilan itu banyak menimbulakan gangguan psikis.
4.      Komunitas Terapeutik
Kegiatan komunikasi terapeutik pada ibu melahirkan merupakan pemberian bantuan pada ibu yang melahirkan dengan kegiatan bimbingan proses persalinan.
a)      Tujuan komunikasi terapeutik pada ibu dengan gangguan psikologis.
1)      Membantu pasien menjelaskan serta mengurangi beban perasaan dan pikiran selama proses persalinan.
2)      Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien
3)      Membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri untuk kesejahteraan itbu dan proses persalinan agar dapat berjalan dengan semestinya.
b)      Pendekatan Komunikasi Terapeutik
1)      Menjalin hubungan yang mengenakan (rapport) dengan klien.
2)      Kehadiran merupakan bentuk tindakan aktif ketrampilan
3)      Mendengarkan dan memperhatikan keluhan klien.
4)      Sentuhan dalam pendampingan klien yang bersalin.
5)      Memberi informasi tentang kemajuan persalinan.
6)      Memandu persalinan dengan memandu instruksi khusus tentang bernapas, berelaksasi dan posisi postur tubuh.
7)      Mengadakan kontak fisik dengan pasien
8)      Memberikan pujian pada klien tentang usaha yang telah dilakukannya
9)      Memberikan ucapan selamat pada klien atas kelahiran putra/putrinya.

E.     MASA NIFAS
1.      Pengertian.
Masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya placenta sampai enam minggu berikutnya. Waktu yang tepat dalam rangka pengaeasan Post Partum adalah 2 - 6 jam, 2 jam - 6 hari. 2 jam - 6 minggu (atau boleh juga disebut 6 jam, 6 hari dan 6 minggu ). Pengawasan dan asuhan post partum masa nifas sangat diperlukan yang tujuanya adalah sebagai berikut :
a)      Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi.
b)      Melaksanakan sekrining yang komprehensif, mendeteksi masalah mengobati, atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c)      Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada saat bayi sehat
d)     Memberikan pelanyanan KB.
2.      Gangguan yang sering terjadi pada masa nifas berupa gangguan psikologis seperti : Post Partum Blues (PPS) dan Depresi Post Partum
a)      Baby Blue (Post Partum Blues)
Merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi yang ditandain dengan gejala-gejala sbb:
1)      Cemas tanpa sebab
2)      Menangis tanpa sebabi
3)      Tidak sabari
4)      Tidak percaya diri
5)      Sensitive
6)      Mudah tersinggung
7)      Merasa kurang menyayangi bayinya
Jika hal ini dianggap enteng, keadaan ini bisa serius dan bisa bertahan dua minggu sampai satu tahun dan akan berlanjut menjadi Post Partum Sindrome. Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan post partum blues ada dua cara yaitu:
1)      Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik.
2)      Dengan cara peningkatan support mental/ dukungan keluarga
Komunikasi Terapeutik
Tujuan dan komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
1)      Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi.
2)      Dapat memahami dirinya
3)      Dapat mendukung tindakan konstruktif.
b)     Depresi Post Partum
3.      Peningkatan Support Mental/Dukungan Keluarga Dalam Mengatasi Gangguan Psikologis Yang Berhubungan Dengan Masa Nifas
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sbb :
a.       Fase Taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung ibu menjadi pasif terhadap lingkungannya.
b.      Fase taking hold Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
c.       Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat.

Ada kalanya, ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya keadaan ini disebut baby blues. Jika hal ini terjadi, disarankan untuk melakukan hal-hal berikut ini:
1.      Minta bantuan suami atau keluarga yang lain, jika membutuhkan istirahat untuk menghilangkan kelelahan.
2.      Beritahu suami mengenai apa yang sedang ibu rasakan. Mintalah dukungan dan pertolongannya.
3.      Buang rasa cemas dan kekhawatiran akan kemampuan merawat bayi karena semakin sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil dan percaya diri. Carilah hiburan dan luangkan waktu untuk diri sendiri.

F.      MENOPAUSE
Psikiatris menemukan, banyak wanita pada masa menopause melampaui tiga tahap sebelum menyesuaikan dengan kehidupan barunya. Pertama adalah tahap dimana perasaan cemas makin menonjol biasanya periode ini cukup singkat. Dilanjutkan dengan periode yang mungkin berlangsung berbulan-bulan, ketika gangguan depresi dan perubahan suasana hati yang lainya muncul. Yang ketiga merasa ditolak oleh semua orang. Semua anggapan itu tidak benar kelak si wanita akan memasuki tahap penyesuaian ulang. Semua kesedihan dari bulan-bulan sebelumnya tinggal sebagai mimpi buruk.


Gangguan Psikologis Bagi Wanita Menopause:
1.      Depresi Menstrual
a)      Pengertian
Adalah keadaan yang pernah timbul pada masa adolesens yang kemudian hilang dengan sedirinya selama periode reproduktif (menjadi ibu) dan timbul lagi pada usia klimakteris. Pada saat ini sekalipun wanita tersebut tidak haid lagi, namun rasa depresif itu selalu saja timbul dengan interval waktu tidak tetap. Dan selalu tiba bersamaan dengan datangnya siklus haid.
Depresi merupakan manifestasi dari kepedihan hati dan kekecewaan bahwa wanita yang bersangkutan menjadi kurang lengkap dan sempurna disebabkan oleh berhentinya fungsi reproduksi dan haid.
b)     Cara mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan depresi menstrual yaitu:
1)      Dukungan Informatif
(a)   Memberikan konseling khusus berhentinya haid adalah hal yang fisiologis dan akan dialami oleh semua wanita.
(b)   Memberikan nasehat agar wanita tersebut mau dan menerima siklusnya. 
(c)    Memberikan nasehat agar dapat menerima keadaanya dengan lapang dada.
(d)   Memberikan informasi agar selalu mengkomunikasikan setiap masalah atau perubahan yang terjadi pada suaminya.
(e)    Memberikan nasehat untuk mencari lebih banyak tentang hal yang dihadapi melalui media cetak,  elektronik dan lain – lain. 
(f)     Memberi nasehat untuk mencari dukungan spiritual. 
(g)   Memberi contoh – contoh pengalaman positif tentang wanita menopause. 
(h)   Menganjurkan untuk berolahraga. 
(i)     Memberi latihan penanganan stress. 
(j)     Memberi nasehat untuk konsultasi ke dr. Obgyn atau psikolog bila perlu.
2)      Dukungan Emosional
(a)   Mempunyai rasa empati terhadap hal yang dialami oleh wanita menopause.
(b)   Melibatkan anggota keluarga terutama suami dalam memahami kondisi istrinya.
(c)    Memberikan perhatian dan kepedulian kepada wanita tersebut.
(d)   Menciptakan lingkungan keluarga yang nyaman, tenang, harmonis dan saling pengertian.
3)      Dukungan Penghargaan
(a)    Memberi penghormatan sehingga wanita tersebut merasa dihargai.
(b)   Memberi dorongan atau support sehingga wanita tersebut bisa percaya diri.
4)      Dukungan Instrumental
(a)   Memberi bantuan tenaga terhadap apa yang dibutuhkan oleh wanita menopause.
(b)   Memberi bantuan materi (yang diberikan keluarga).
2.      Masturbasi Klitoris
a)      Pengertian
Banyak wanita yang dahulu selama masa produktif menjadi dingin-beku secara seksual, pada masa klimakteris ini tiba-tiba saja seksualitasnya menjadi hangat mebara lagi, dan ia menjadi sensitive sekali. Akan tetapi, ada juga wanita-wanita yang selama periode produktifnya memiliki seksualitas yang normal, justru pada usia klimakteris ini mereka menjadi beku dingin secara seksual.
Adakalanya pada wanita menopause timbul semacam seksual yang luar biasa hangat membara lagi ia sensitive sekali sehingga wanita tersebut melakukan masturbasi klitoris (onani kelentit).
b)      Cara mengatasi gangguan psikologis masturbasi :
1)      Memberi nasehat untuk memenuhi kebutuhan sex secara sehat.
2)      Memberi nasehat untuk konsultasi ke ahli kebidanan untuk mendapat terapi.
3)      Memberi konseling bahwa wanita menopause bisa melakukan hubungan sex.
4)      Mengkomunikasikan masalah pada suami dan diharapkan suami mau membantu memecahkan masalah, mamberi dukungan kepada istrinya.
3.      Ide Delerius
a)      Pengertian
Adalah ide yang berisikan kegilaan, nafsu-nafsu petualanganjika pada usia pubertas sudah pernah muncul predisposisi psiko somatis dan gejala psikis histeris, nafsu-nafsu petualangan dan gangguan psikis lain, maka pada usia klimakteris ini predisposisi dan gejala-gejala abnormal tadi akan muncul kembali. Biasanya gejala tersebut berisikan ide delirius (kegilaan).
b)     Cara mengatasi gangguan psikologis tersebut yaitu dengan:
1)      Memberikan nasihat agar lebih mendekatkan diri pada Tuhan.
2)      Memberikan nasihat mengembangkan pikiran-pikiran atau ide yang positif dalam kehidupannya.
4.      Aktifitas Hipomanis Semu
a)      Pengertian
Aktifitas hipomanis semu adalah gangguan ini ditandai dengan seolah – olah wanita ini merasakan vitalitas hidupnya jadi bertambah. Ia merasa muda bagaikan gadis remaja dan selalu meyakinkan diri sendiri bahwa ia berambisi atau mampu memulai kehidupannya dari awal lagi. Wanita ini merasakan seolah-olah vitalitas kehidupannya jadi bertambah.
b)     Cara mengatasi gangguan psikologis tersebut yaitu:
1)      Memberi nasehat agar aktifitas yang dilakukan dapat mengarah ke hal-hal yang positif contohnya berolahraga, menghadiri ceramah, dll dan mengisi waktu dengan kegiatan yang memperdalam kebudayaan atau bakat, misalnya melukis, dll.
2)      Mengisi kegiatan dengan memperdalam kebudayaan atau bakat.
5.      Infantile
Infantile pada masa menopause adalah sifat kekanak-kanakan yang timbul setelah puber kedua ini. Saat menopause muncul kembali ingatan masa kecil, keceriaan, harapan, permainan, lepas, gembira, asyik, dan masih banyak suasana kegembiraan yang menyertai. Pada masa menopause infantil ini rasa keinginan selalu ingin terpenuhi, layaknya seperti anak-anak. 
6.      Insomnia
a)      Pengertian
Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur. Sejumlah faktor dikombinasikan dalam menopause mengganggu tidur. Tingkat hormon, masalah kesehatan, gaya hidup, dan ketegangan situasional semua berperan dalam hal ini.
Setelah usia 40 atau 45 tahun, wanita mungkin mengalami kesulitan untuk bisa tidur atau tetap tidur:
1)      Penurunan kadar hormon.
2)      Kemerahan dan berkeringat di malam hari.
3)      Depresi dan kecemasan.
4)      Masalah fisik lain seperti kesulitan bernapas, masalah tiroid, sakit dll
5)      Penggunaan kafein, alkohol nikotin yang berlebihan, atau penggunaan beberapa suplemen.
6)      Masalah Sosial dan keluarga seperti orang tua yang sakit, perceraian, kekhawatiran pekerjaan, masalah keuangan dll.
7)      Berbagai obat-obatan digunakan untuk ketidaknyamanan fisik yang berbeda.
Untuk masalah ini, semakin wanita kehilangan tidur karena gejala menopause, gejala insomnia akan lebih jelas terjadi. Kemurungan akan menjadi lebih intens, kelelahan ekstrim menjadi umum.
7.      Gangguan konsep diri
Gangguan konsep diri adalah konsep diri negatif  yang akan cenderung membuat individu bersikap tidak efektif, ini akan terlihat dari kemampuan interpersonal dan penguasaan lingkungan dalam masyarakat.
Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert ada lima tanda individu yang memiliki konsep dirinegatif, yaitu :
a)      Ia peka pada kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya, dan mudah marah dan naik  pitam.
b)      Orang yang memiliki konsep diri negatif, responsif sekali terhadap pujian, ia tidak dapatmenyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian.
c)      Memiliki sikap hiperkritis terhadap orang lain. Ia selalu mengeluh, mencela atau meremehkanapapun dan siapapun. Mereka tidak mampu mengungkapkan penghargaan atau pengakuan padakelebihan orang lain.
d)     Cenderung merasa tidak disenangi orang lain. Ia merasa tidak diperhatikan, dan ia bereaksi padaorang lain sebagai musuh sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan.
e)      Bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti ia enggan untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Ia menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.Ciri khas individu yang berkonsep diri negatif adalah ketidak akuratan pengetahuan tentang dirinya sendiri. Individu yang mempunyai pemahaman atau pengetahuan yang kurang atau sedikitt entang dirinya, ia tidak sungguh-sungguh mengetahui siapa dia, apa kelebihan dan kekurangannya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri negatif akan cenderung membuatindividu bersikap tidak efektif, ini akan terlihat dari kemampuan interpersonal dan penguasaanlingkungan dalam masyarakat.
Penanganan Insomia,gangguan konsep diri dan infantile pada masa menopause adalah :
a)      Kembangkan kebiasaan tidur dan mentaatinya, membaca bacaan ringan, nonton TV, acara santai, musik yang menyenangkan.
b)      Makanlah jangan terlalu banyak/kemyang dan jangan kurang karena akan mengganggu tidur.
c)      Atur kenyamanan diri, pastikan ruangan jangan terlalu panas/dingin dan kamar harus bersih juga rapi.
d)     Dapatkan udara segar, jangan tidur dengan selimut menutupi kepala akan mengurangi oksigen dan menambah karbodioksida yang dihirup.
e)      Batasi minum/cairan setelah jam 16.00 karena akan bak waktu malam hari.
f)       Jernihkan pikiran, cobalah menyelesaikan masalah pada siang dan singkirkan semua kecemasan sebelum tidur.
g)      Menunda jam tidur dan tidak tidur siang.
h)      Mengerti dan menerima diri sendiri tulus ikhlas merupakan fitrah dari Tuhan.
i)        Aktifitas social dan agama dapat memberikan kepuasan batin, memperkaya iman dan memberikan rasa berserah diri kepada-Nya.
j)        Ketenangan dalam keluarga yaitu adanya pengertian dan dorongan anggota kelurga akan membantu mengurangi gejala yang timbul, terasa ringan dan membawa kebahagiaan.
k)      Pengobatan dengan esterogen dan kombinasi psikoterapi










DAFTAR PUSTAKA :

Jhaquin, Arrewenia. 2010. Psikologi Untuk Kebidanan. Yogyakarta. Nuha Medika.

Nirwana, Ade Benih. 2011. Psikologi Kesehatan Wanita (Remaja, Menstruasi, Menikah, Hamil, Nifas, dan Menyusui). Yogyakarta. Nuha Medika.

Bahiyatun, 2011. Buku Ajar Bidan Psikolgi Ibu dan Anak. Jakarta. EGC.

Dahro, Ahmad. 2012. Psikologi Kebidanan : Analisis Perilaku Wanita untu Kesehatan. Jakarta. Salemba Medika.

Pieter, Herri Zan dan Lubis, N. L. Pengantar Psikologis untuk Kebidanan. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Jannah, Nurul. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Yogyakarta. Ar Ruzz Media.

Uripmi, Lia C. 2011. Psikologi Kebidanan. Yogyakarta. EGC









Tidak ada komentar:

Posting Komentar